OKU Selatan Sumsel–Warga yang bermukim di kawasan pedalaman Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Salatan, tepatnya di Desa Sri Menanti, Kecamatan Makakau Ilir, terpaksa harus menggunakan batang bambu untuk menyangga kabel listrik yang menyuplai arus listrik di daerah tersebut. Kamis (04-11-2021).
Kondisi itu, berlangsung sejak lama dan sangat mengkhawatirkan. Mengingat, sewaktu-waktu bambu yang digunakan sebagai tiang penyangga lapuk serta patah tentu akan membahayakan warga sekitar.
Hamdun warga setempat mengaku, khawatir dengan kondisi penyangga kabel listrik yang seharusnya terbuat dari tiang permanen dari beton ataupun besi. Daya tahan bambu tentu tidak bertahan lama, karena akan lapuk termakan usia.
Apalagi, saat ini kondisi batang bambu yang digunakan sebagai penyangga kabel aliran listrik ke rumah-rumah warga itu, sudah mulai lapuk, tinggal menunggu waktu tumbang.
“Kondisinya semakin mengkhawatirkan dan ada yang sudah miring serta nyaris tumbang apa lagi saat turun hujan sangat menghawatirkan,” keluhnya.
Hamdun juga mengaku, kondisi itu dirasakan oleh warga desa Sri Menanti sejak tahun 2002, dimana pertama kali aliran listrik masuk ke desa tersebut.
“Aliran listrik masuk ke desa Sri Menanti sejak tahun 2002 hingga kini kami masih menggunakan bambu sebagai tiang penyangga, kami berharap pihak terkait segera membangun tiang listrik yang layak”, pungkasnya
Terpisah H.A Ismanudin Kepala Desa Sri Menanti mengatakan jika hal itu, terus dibiarkan, tanpa penanganan serius dari PLN, tentunya sangat berbahaya bagi warga sekitar.
“Di desa ini ada 6 dusun yang masih menggunakan batang bambu sebagai tiang penyangga. Kondisi ini telah berlangsung sejak pertama aliran listrik masuk ke desa ini”, jelasnya
Lebih lanjut ia juga mengatakan kabel aliran listrik dan tiang bambu sebagai penyangga dari rumah-kerumah warga ini merupakan hasil swadaya masyarakat.
“Dalam satu atau dua bulan sekali kami mengadakan gotong royong untuk mengganti tiang bambu yang sudah lapuk atau patah, kondisi ini juga membuat saya prihatin terhadap masyarakat desa ini”, jelasnya.
Dikatakannya Desa Sri Menanti dihuni oleh 530 KK atau lebih kurang 1600 jiwa dengan mayoritas penduduknya sebagai petani kopi itu, hingga kini belum merasakan arti dari kemerdekaan mengingat kondisi desa itu masih belum bebas menggunakan penerangan listrik.
“Kami berharap, pemerintah daerah dan PLN Rayon Muaradua segera menanggulangi persoalan tersebut, agar warga tidak terus dibayangi rasa ketakutan akan bahaya listrik”,pungkasnya. (Ayik/Red)
Leave a Reply